Deli Serdang — Institut Nalanda, Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Bodhi Dharma, dan Perkumpulan Praktisi Ilmu Kesehatan Ruang Tubuh Indonesia (PPIKERTI) bersinergi menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Mengintegrasikan Tradisi dengan Inovasi: Seminar Bisnis Chinese Medicine Modern dan Sehat Jiwa ala Buddha Dharma”. Kegiatan ini berlangsung secara hybrid di kampus STAB Bodhi Dharma serta daring melalui Zoom dan kanal YouTube Institut Nalanda dan STAB Bodhi Dharma.
Seminar diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, praktisi kesehatan tradisional, praktisi Buddhisme, hingga profesional bisnis dari masyarakat umum. Antusiasme yang tinggi mencerminkan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendekatan holistik dalam menjaga kesehatan, baik fisik, mental, maupun spiritual.

Ketua STAB Bodhi Dharma, Mina Wongso, S.Psi., M.Psi., Psikolog, dalam sambutannya mengungkapkan rasa bangga atas kolaborasi ini. “Institut Nalanda saat ini adalah perguruan tinggi keagamaan Buddha yang paling top di Indonesia. Menjadi cambukan bagi kami untuk terus belajar dan mengejar kemajuan,” ujarnya. Ia berharap sinergi ini dapat terus berlanjut dan berdampak bagi pendidikan Buddhis secara nasional.
Rektor Institut Nalanda, Dr. Sutrisno, S.IP., M.Si., menekankan bahwa penggabungan antara nilai-nilai tradisional dan pendekatan inovatif sangat relevan di tengah perubahan zaman. “Sejalan dengan tema kita, pengobatan tradisional seperti Traditional Chinese Medicine memiliki potensi besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi global, apalagi bila dipadukan dengan nilai-nilai luhur Buddha Dharma,” terangnya. Ia juga mengajak peserta untuk membuka wawasan, “Mentari di Medan bersinar cerah, tembus membawa rasa. Mari kita ikuti seminar yang penuh berkah, menambah wawasan sehat sentosa.”

Sesi pertama menghadirkan Sinshe Ir. Hilman Rama Pratama, S.Ud., founder PPIKERTI dan BSM Indonesia. Ia menjelaskan keterkaitan antara pikiran, energi, dan kesehatan tubuh dalam kerangka TCM dan spiritualitas Buddhis. “Kesehatan sejati mencakup batin yang damai dan pikiran yang merdeka,” katanya. Ia juga menyoroti potensi besar food therapy dan bisnis kesehatan berbasis rumah tangga yang kini makin relevan dengan perkembangan teknologi digital.

Mina Wongso sebagai narasumber kedua mengangkat pentingnya kesehatan mental, khususnya pasca pandemi. Ia mengingatkan bahwa umat Buddha memiliki banyak sumber daya spiritual untuk menjaga kesehatan jiwa, seperti latihan Metta Bhavana, sila, dan kesadaran diri. “Kesehatan jiwa bukan berarti 24 jam bahagia, tetapi kemampuan mengelola tekanan hidup dan tetap berfungsi optimal,” ujarnya.

Kaprodi Pendidikan Keagamaan Buddha STAB Bodhi Dharma, Panir Selwen, S.E., M.Pd., menutup sesi dengan menegaskan bahwa seminar ini bukan sekadar diskusi akademik, tetapi wujud nyata dari kerja sama antar lembaga. “Kolaborasi ini menjadi jembatan untuk pengembangan akademik yang berdampak positif bagi masyarakat,” katanya.

Acara ini juga menjadi momentum penting dengan ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) antara Institut Nalanda dan STAB Bodhi Dharma, serta antara Institut Nalanda dan Professional Management College Indonesia (PMCI), diwakili oleh Dr. Errie Margery, S.E., M.Si.
Melalui kegiatan ini, ketiga institusi menunjukkan komitmennya dalam membangun ekosistem pendidikan dan kesehatan yang integratif dan berkelanjutan. Seminar ini menegaskan bahwa sinergi antara ilmu tradisional, bisnis modern, dan nilai spiritual Buddhis mampu menjawab kebutuhan kesehatan dan kebahagiaan manusia di era global.