Tiongkok – Kerja sama internasional kembali diperkuat dalam pertemuan resmi antara Jiangxi University of Chinese Medicine (Jiangxi UCM), Institut Nalanda, dan Indonesia International Institute of Life Sciences (i3L) yang berlangsung di kampus Jiangxi UCM, Tiongkok, pada Senin, 21 April 2025. Rangkaian kegiatan diawali dengan jamuan makan siang bersama yang hangat dan penuh keakraban, dipimpin oleh Prof. Liu Qian, Wakil Presiden Jiangxi UCM, bersama seluruh delegasi dari Indonesia.
Usai santap siang, para pimpinan ketiga institusi melanjutkan agenda pertemuan strategis di ruang rapat utama kampus. Pertemuan ini menjadi momen penting dalam memperluas kemitraan lintas negara, khususnya di bidang pendidikan, budaya, dan riset kesehatan yang inovatif dan relevan secara global.
Tiga agenda utama menjadi sorotan. Yang pertama adalah penguatan Program Studi Farmasi i3L yang sudah berjalan, melalui kemitraan akademik strategis antara Jiangxi UCM, i3L, dan Institut Nalanda. Melalui kolaborasi ini, kurikulum farmasi di i3L akan diperkaya dengan perspektif pengobatan tradisional Tiongkok, termasuk integrasi riset herbal dan pendekatan pengobatan holistik.
“Kami percaya, masa depan pendidikan kedokteran dan farmasi tidak bisa hanya berbicara dari satu sisi. Kolaborasi antara ilmu modern dan tradisi Timur akan membuka paradigma baru,” ujar Prof. Zhang Guosong, Kepala Program Studi Farmasi Jiangxi UCM.
Agenda kedua membahas rencana pembentukan Confucius Institute di Indonesia, yang akan dikembangkan bersama ketiga institusi dengan pendekatan interdisipliner — menggabungkan pembelajaran Bahasa Mandarin, budaya Tiongkok, dan unsur kesehatan seperti herbal medicine dan kosmetik alami.
Agenda ketiga adalah pengembangan program Summer Camp antara Jiangxi UCM dan Nalanda, yang akan difokuskan pada pelatihan Bahasa Mandarin dan pengenalan kosmetik berbasis pengobatan tradisional. Kegiatan ini dirancang untuk memperkuat pertukaran budaya dan wawasan praktis bagi mahasiswa Indonesia.
“Kami sangat menyambut baik komitmen Jiangxi UCM untuk terus mendukung Institut Nalanda dalam pengembangan SDM Indonesia. Dari program 4+1 hingga pembukaan beasiswa untuk Batch ke-2, semua ini menunjukkan kepercayaan yang saling tumbuh,” ujar Romo Tan Tjoe Liang, Ketua Yayasan Nalanda.
Institut Nalanda menyatakan komitmennya dalam mendukung program bersama ini, termasuk melalui penyediaan tenaga pengajar, materi ajar Bahasa Mandarin dan budaya Tiongkok, serta integrasi jejaring kolaborasi akademik.
Pertemuan berlangsung dengan kehadiran tokoh-tokoh penting dari Jiangxi UCM: Prof. Zhou Pingsheng (Dekan International College), Prof. Zhang Guosong (Kepala Program Studi Farmasi), Prof. Jin Dezhong (Wakil Direktur Office of International Exchange and Cooperation), Ms. Dai Yingheng (Deputy Section Chief, International Education College), dan Ms. Gu Xi (Students Admission Head, International Education College).
Delegasi i3L diwakili oleh Sanjaya Mulya Waani, M.Sc. (Wakil Rektor Bidang Pengembangan), Fandi Sutanto, Ph.D. (Kepala Program Farmasi), serta Prilli Arista Fernanda, M.Res. dan Fiona Erika, B.A. (Project Coordinators).
Sementara dari Institut Nalanda hadir Romo Tan Tjoe Liang Ketua Yayasan, Dr. Steve Sudjatmiko, MBA. Kepala Pengembangan Yayasan, dan Kepala Kerja Sama Institut Nalanda, yang turut memberikan pandangan strategis serta dukungan penuh terhadap keberlanjutan kemitraan.
“Kami percaya bahwa kerja sama ini akan menjadi pionir integrasi ilmu hayati dan pengobatan tradisional dalam pendekatan pendidikan internasional. i3L sangat antusias menjadi bagian dari inisiatif besar ini,” ungkap Sanjaya Mulya Waani, M.Sc., dari i3L.
Selain membahas penguatan kerja sama baru, pertemuan juga mengulas kelanjutan Program Dual Degree 4+1 yang telah menjadi pintu bagi mahasiswa Indonesia menempuh studi di Tiongkok. Program ini akan segera membuka Batch ke-2, lengkap dengan tambahan kuota beasiswa di bidang Chinese Medicine, sebagai bentuk komitmen nyata dalam meningkatkan akses pendidikan global bagi generasi muda Indonesia.
Dengan visi bersama dan semangat kolaborasi lintas budaya, ketiga institusi membuktikan bahwa ketika keilmuan, warisan budaya, dan semangat pendidikan bersatu, maka masa depan pendidikan yang menyeluruh dan mendunia bukan sekadar cita-cita, melainkan kenyataan yang sedang dibangun hari ini.