Jakarta & Thailand – Institut Nalanda melalui Program Doktor (Ph.D.) in Global Buddhism bekerja sama dengan Rajamangala University of Technology Krungthep (RMUTK), Thailand, menyelenggarakan webinar internasional bertajuk “Exploring the Significance of Higher Education in Thailand & Indonesia During the Era of Disruption” pada Jumat, 13 Juni 2025. Kegiatan ini disiarkan secara langsung melalui Zoom dan kanal resmi YouTube Institut Nalanda.
Webinar ini dihadiri ratusan peserta mulai dari para akademisi dan tokoh pendidikan dari berbagai institusi, di antaranya Dr. Sutrisno, S.IP., M.Si. selaku Rektor Institut Nalanda, Asst. Prof. Dr. Yaoping Liu dari The Robert H. N. Ho Family Foundation dan Direktur ISIC serta Center for Global Buddhism, Mrs. Ada Marie Gallego Mascarinas sebagai Associate Director for International Relations, Dr. Metteyya Belliatte selaku Wakil Kepala Program Global Buddhism, dan Prof. Banjob Bannaruji dari Departemen Global Buddhism. Acara juga diikuti oleh dosen, mahasiswa, jajaran sivitas akademika Institut Nalanda dan RMUTK, serta banyak juga dari kalangan umum.

Dalam sambutan pembuka, Asst. Prof. Dr. Yaoping Liu menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi ini. Ia menilai kerja sama antara Indonesia dan Thailand menjadi langkah strategis dalam memperluas cakrawala studi Buddhisme secara global. “Saya bersyukur atas kerja sama antara Nalanda dan Rajamangala University. Program ini satu-satunya di Indonesia, yang tentu sangat berbeda konteksnya dengan Thailand. Di Indonesia, Buddhisme tumbuh dalam masyarakat mayoritas Muslim, sementara di Thailand Buddhisme adalah agama mayoritas. Ini memberi warna tersendiri dalam pengembangan studi Buddhis secara internasional,” ujarnya.

Sementara itu, Mrs. Ada Marie Gallego Mascarinas menekankan bahwa pendidikan tinggi memiliki peran sebagai kekuatan transformatif dalam membangun dunia yang saling terhubung. “Pendidikan tinggi adalah kekuatan transformatif yang membentuk jejaring global, sinergi budaya, dan pemahaman antaragama,” jelasnya. Ia juga mendorong mahasiswa internasional untuk mempertimbangkan melanjutkan studi di Institut Nalanda, khususnya dalam program Global Buddhism. “Mahasiswa akan mendapatkan kesempatan untuk mengalami langsung ritual dan praktik spiritual, serta bekerja bersama para akademisi yang tengah membentuk arah studi Global Buddhism saat ini,” katanya.
Menurutnya, Nalanda memiliki lingkungan belajar yang unik dan mendalam dalam mengembangkan wawasan interkultural dan spiritual. Ia juga menyampaikan bahwa inisiatif ini telah mendapat dukungan dan pengakuan dari Kementerian Agama Republik Indonesia yang menaungi Institut Nalanda, serta Kedutaan Besar Republik Indonesia di Thailand, dan telah tercatat dalam basis data kerja sama RMUTK.

Sebagai pembicara utama, Dr. Sutrisno, S.IP., M.Si. menyoroti kerangka pendidikan tinggi Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Ia menjelaskan bahwa pendidikan harus mencakup pengembangan spiritual, intelektual, dan sosial secara holistik untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, daya saing global, serta menciptakan warga negara yang etis. “Di Indonesia, pendidikan tinggi dibangun atas dasar Pancasila yang menjunjung tinggi harmoni, spiritualitas, dan keberagaman. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Tinggi dan Kementerian Agama terus mendorong peningkatan kualitas dan daya saing global yang tetap beretika,” jelasnya.
Sementara di Thailand, menurutnya, sistem pendidikan dipengaruhi oleh nilai-nilai Buddhis dan nasionalisme, dengan integrasi moralitas dan pengetahuan sebagai pilar utama dalam membentuk masyarakat berbasis inovasi.

Dr. Metteyya Belliatte turut memberikan pandangan kritis terhadap sistem pendidikan yang masih didominasi oleh warisan kolonial. Ia mengajak negara-negara di ASEAN untuk melepaskan ketergantungan pada sistem pendidikan Barat dan mulai mengembangkan sistem yang lebih sesuai dengan budaya lokal.“Sistem pendidikan kita perlu mengedepankan nilai-nilai ASEAN, bukan sekadar meniru sistem Barat. Inovasi harus berpijak pada budaya dan nilai-nilai lokal. Indonesia dan Thailand bisa menjadi pelopor transformasi pendidikan tinggi di kawasan ini,” tegasnya.
Dalam pandangan Prof. Banjob Bannaruji, tantangan pendidikan modern saat ini adalah ketimpangan antara pengetahuan dan moralitas.“Zaman sekarang lebih menekankan pada pengetahuan dibandingkan moralitas. Padahal, memberikan pengetahuan itu mudah, tetapi membentuk karakter moral seseorang jauh lebih sulit. Pendidikan tinggi seharusnya mampu menggabungkan keduanya,” ujarnya.

Webinar ini menjadi tonggak penting dalam membangun kerja sama lintas negara yang tidak hanya berorientasi pada akademik, tetapi juga pada spiritualitas, etika, dan nilai-nilai kemanusiaan. Institut Nalanda bersama RMUTK berkomitmen untuk terus memperluas jejaring global demi terciptanya sistem pendidikan tinggi yang relevan, inklusif, dan berakar kuat pada budaya serta kearifan lokal.