Jakarta – Institut Nalanda bekerja sama dengan Eclat Consulting dan kampus Indonesia International Institute for Life-Sciences (i3L) sukses melaksanakan workshop bertajuk “Membangun Kepemimpinan Muda yang Adaptif di Dunia VUCA” pada Sabtu, 12 April 2025, di Auditorium kampus i3L. Acara ini dihadiri oleh pimpinan Institut Nalanda, Yayasan Nalanda, dan I3L, serta para karyawan dan mahasiswa dari kedua institusi. Kegiatan ini bertujuan membekali generasi muda sebagai calon pemimpin masa depan agar siap menghadapi tantangan zaman yang terus berubah. VUCA sendiri merupakan singkatan dari Volatile, Uncertain, Complex, dan Ambiguous, yang menggambarkan kondisi dunia saat ini.
Sesi pertama dibawakan oleh Dr. Steve Sudjatmiko, MBA., dosen Institut Nalanda, dengan tema “Memahami Dunia yang Berubah”. Ia membuka sesi dengan membahas film Naca 2: The Word of the Immortal, dan menekankan bahwa pemimpin di masa depan tidak ditentukan oleh usia. “Kita tidak perlu menunggu tua untuk menjadi pemimpin. Dunia saat ini penuh peluang untuk mereka yang siap,” ujarnya. Ia menjelaskan bahwa jika dahulu keputusan-keputusan dibuat berdasarkan stabilitas dan prediktabilitas layaknya dalam fisika Newton, kini dunia menuntut kita untuk fleksibel dan adaptif seperti dalam fisika kuantum. “Bisnis sangat interaktif, aturan bisa berubah setiap waktu. Kepastian justru menuntut adaptasi, dan perspektif bisa menentukan realitas. Pemimpin masa kini harus berfokus pada fleksibilitas,” katanya, sembari menekankan pentingnya lingkungan yang mendukung. “Kalau kita dikelilingi oleh orang yang hebat, maka kita akan menjadi hebat,” tambahnya.
Untuk menghadapi dunia VUCA, Dr. Steve mengenalkan konsep ‘VUCA lawan VUCA’, yakni Vision (visi), Uniqueness (keunikan), Courage (keberanian), dan Alliance (kemitraan). Ia pun mengakhiri sesi dengan mengutip Sun Tzu: “Dalam situasi yang berbeda, kita harus mampu mengubah rencana. Renungkan dan rencanakan sebelum melangkah. Berjayalah mereka yang menguasai seni beradaptasi.”
Sesi kedua dilanjutkan oleh Lucy Tjandra, MSc., yang mengangkat tema “Menjadi Pemimpin Adaptif di Era Perubahan”. Ia menyampaikan bahwa “VUCA bukan sekadar konsep, tapi realitas yang benar-benar kita rasakan, bahkan dalam minggu-minggu terakhir.” Lucy memperkenalkan pendekatan kepemimpinan berdasarkan elemen alam: tanah, api, udara, dan air. Pemimpin elemen tanah biasanya fokus pada manusia, senang bekerja sama, akomodatif, dan memiliki empati tinggi. “Lawannya adalah pemimpin elemen api, yang berorientasi hasil, kompetitif, dan tak kenal menyerah,” ujarnya. Pemimpin elemen udara merupakan pemikir besar yang penuh inspirasi dan inovasi, sementara elemen air cenderung praktis, berbasis data, dan berhati-hati dalam mengambil keputusan. “Semua gaya ini dibutuhkan. Kepemimpinan sejati adalah kemampuan menyesuaikan gaya dengan kebutuhan situasi,” jelasnya, sambil menambahkan perumpamaan bahwa kemenangan sejati adalah ketika “kita menang tanpa harus bertempur.” Ia menutup sesi dengan menjelaskan empat asas organisasi yang efektif: Unity (kesatuan visi, misi, dan nilai), Focus (strategi), Capability (kapasitas), dan Synergy (kerja sama harmonis).
Sesi terakhir dipandu oleh Ferry Irawan, S.Hum., yang mengangkat tema tentang hubungan antara leader dan follower. “Untuk menjadi pemimpin yang baik, seseorang harus pernah menjadi pengikut yang baik. Karena pemimpin adalah role model yang harus tahu bagaimana rasanya berada di posisi bawahannya,” ungkapnya. Ferry membedakan beberapa jenis followers, mulai dari konformis yang patuh membabi buta, SDM tak berdaya yang pasif dan tidak berinisiatif, pengkritik yang sinis tanpa kontribusi nyata, pragmatis yang terlibat seadanya, hingga mitra efektif yang aktif memberi masukan dan solusi. Ia juga memperkenalkan empat model follower berdasarkan elemen: tanah (dedication), angin (exploration), api (engagement), dan air (fulfillment).
Workshop ini menjadi bukti nyata komitmen Institut Nalanda dan para mitra strategisnya dalam menciptakan ruang belajar yang relevan, reflektif, dan membumi, menyiapkan pemimpin-pemimpin muda yang siap menghadapi realitas dunia yang tidak pasti, rumit, dan penuh perubahan.